Sebatang Kara di Usia Senja

Written by maz_noko on Senin, 27 September 2010 at 01.18

Sebatang Kara di Usia Senja (Kisah Cinta Ibu Sepanjang Hayat… Cinta Anak…????? )
2
1 dari 1 Kompasianer menilai Inspiratif.
Pagi itu seperti biasanya ia membeli sepiring bubur dari penjual keliling. Sosok renta yang rambutnya telah memutih itu memang setiap pagi hanya sarapan bubur, bahkan terkadang hanya itu yang ia makan dalam sehari. ingin sekali memberinya serantang nasi atau semangkuk sayur sekedar untuk ia makan sehari, tapi malu rasanya membayangkan tetangga menertawakanku jika melakukannya. Karena aku yakin dengan tabungan ratusan juta peninggalan suaminya ia pasti mampu memesan catering dari rumah makan termahal di kota kecilku. Tapi aku yakin bukan itu yang ia harap, aku rasa makanan selezat apapun saat ini mungkin sama rasanya di lidah tuanya. Mungkin ia akan merasa lebih nikmat seandainya hanya makan nasi dan garam, tetapi anaknya yang menyiapkan..
Mbah Markhami..perempuan yang usianya telah lebih dari 80 th itu memang hanya tinggal sendiri di rumah kecilnya setelah suaminya meninggal setahun lalu. 8 dari 9 anaknya telah berkeluarga dan telah sukses dengan karir dan usahanya masing masing, selain si bungsu yang telah meninggal beberapa th lalu. Saat Idul Fitri tiba barisan mobil pribadi memenuhi halaman rumahnya. Alm suaminya memang seorang tuan tanah yang telah sukses mendidik dan membesarkan anak anaknya hingga mampu hidup berkecukupan seperti sekarang. Meski sekarang mbah Markhami putri hanya tinggal di rumah sederhana, tapi ia masih memiliki 4 rumah kontrakan dan beberapa bidang tanah di desaku, tentunya dengan uang tabungan yang tidak sedikit.
Setiap sore ia hanya duduk di teras menyaksikan anak anak kecil bermain di depan rumahnya sambil sesekali tertawa kecil melihat tingkah dan celoteh mereka. Mungkin juga sambil menunggu ada tetangga yang lewat dan menyapanya. Ia memang keliatan senang sekali jika ada yang menemaninya ngobrol. Aku pernah bertanya padanya kenapa tak ada satu anaknya pun yang mau menemaninya tinggal dirumah itu, ia hanya menjawab semua anaknya mengajaknya tinggal bersama di rumah mereka masing masing, tapi ia hanya ingin menghabiskan sisa umurnya di rumah sederhana tempat ia mengukir berjuta kenangan selama puluhan tahun bersama sang suami.
Keinginan sederhana seorang istri yang masih sangat mengenang suami tercintanya. Seorang ibu yang telah mengandung dan membesarkan anak anaknya dengan penuh cinta. Tapi kenapa..demi karir dan materi tak ada satupun dari anaknya yang mau mengorbankan waktunya untuk menemani sang ibu, mencucikan bajunya, memasak, atau sekedar membuatkannya secangkir kopi setiap pagi.. atau menemaninya ngobrol saat ia menyaksikan setiap detik yang berlalu dengan lamban sepanjang malam.
Ah andai saja ia nenekku..aku akan dengan senang hati menemaninya.. Aku berharap bisa setegar mbah Markhami di masa tuaku, tapi aku juga berharap memiliki anak anak yang penuh cinta pada bapak ibunya. Semoga Tuhan menggerakkan hati anak anak mbah Markhami dan bersedia menemaninya. Amien..

Tanggapan Tulisan
1 Juni 2010 15:41
0
Saya juga mempunyai seorang nenek yang tlah tua, yang ingin tetap tinggal dirumahnya sendiri meski anak2nya mengajaknya hidup bersama..sampai kemudian kakak perempuan saya & suaminya mengalah dan menemaninya sampai hari ini,Tanpa ingin menjustifikasi siapapun, hanya mencoba untuk melihat kasus ini dari 2 sudut.Banyak orang yang telah berusia senja merasa lebih nyaman hidup sendiri dirumahnya sendiri, lengkap dengan segala kenangan di dalamnya…sementara di satu sisi anak2 pasti punya kesibukan serta keinginan untuk bisa berkembang ditempat lain lengkap dengan segala tanggungjawab bagi yang tlah berkeluarga.Mestinya masalah seperti ini dilihat secara arif, bukan semata-mata kesalahan tertumpu ke anak.Mungkin, hal tersebut bisa di jembatani dengan komunikasi sesering mungkin sehingga diharapkan ada penyelesaian yang baik bagi ke dua belah pihak…
1 Juni 2010 | 15:50
0
yup, benar sekali jeng yekti, tapi dari sekian anak dan sekian cucu apa iya tidak ada satupun yg mampu berdikari di kota sang nenek berada sehingga ia juga tetap bisa berusaha berkarir sekaligus berbhakti? Semoga kita semua selalu diberi jalan keluar dari semua permasalahan yang kita hadapi.. Salam :)

0 Responses to "Sebatang Kara di Usia Senja"